Advertisement
Alam tidak melakukannya tanpa alasan. Mata melotot untuk menakut-nakuti musuh diperlukan supaya bisa tetap mempertahankan diri dalam alam yang kejam. Fotografer Kjell Bloch Sandved telah melacak "wajah-wajah" itu. Ia memang ahli dalam jenis foto ini. Pernah ia "menemukan" angka-angka dan huruf alphabet di atas sayap kupu-kupu hasil jepretannya.
Tanaman dan binatang kadang-kadang jenaka. Tetapi sebetulnya serius. Pemotret Kjell Bloch Sandved gemar keanehan. Dengan lensa khususnya, ia mengabadikan kaum binatang-binatang kecil sebagai hobinya.
"Tidak aneh, sebetulnya!" sanggahnya semula. Tetapi kemudian ia sendiri terkecoh. Ternyata ia menemukan sejumlah mata dan muka yang seram, pada sayap kupu-kupu dan kelopak bunga hasil jepretannya.
Para ahli filsafat sependapat dengan Immanuel Kant (filsuf Jerman dari abad ke-18), bahwa yang merasa bisa melihat gambar (dan keindahan alam di dunia ini) sebenarnya bukan mata, melainkan pikiran hasil fantasi kita. Memang ada orang yang tidak sependapat. Tetapi kalau kita toh melihat mata dan muka juga pada foto-foto Sandved berikut ini, jelas itu dibumbui oleh fantasi kita pula. Meskipun sedikit-sedikit.
Rasanya sensasional juga ya Sobat Penghuni 60, untuk membiarkan fantasi kita merayapi mata dan muka-muka jepretan Sandved ini. ^_^
Diselamatkan Oleh Mata Melotot
Gambaran sayap pada kupu-kupu sering menyelamatkan mereka dari maut. Kupu siang yang secepat kilat membuka sayap dan kupu malam yang dengan tiba-tiba menarik sayap belakangnya ke depan, bisa menonjolkan bola mata besar-besar, sampai mengejutkan. Musuh mereka, burung-burung pemakan serangga, dapat dikibuli ketika sambil terbang. Mereka merasa terkejut dan membiarkan kupu-kupu itu lolos, sampai para peneliti menganggap reaksi ini sebagai naluri alamiah.
Burung-burung memang mengenali musuh mereka pada matanya, dan menganggap pandangan bola mata polos sebagai diri musuh itu sendiri. Suatu kebiasaan berdasarkan pengalaman berabad-abad lamanya, dalam evolusi mereka sebagai burung.
Topeng dan Tengkorak
Sebenarnya kita sudah biasa menyebut sejumlah gambaran bentuk benda dari alam dengan istilah anatomi manusia. Seperti kepala putik (bunga), misalnya, kaki gunung, perut bumi. Atau sebaliknya juga: giginya rintik-rintik seperti biji ketimun, rambutnya bak mayang terurai dan matanya bersinar seperti api.
Nama-nama seperti itu membuktikan, betapa kita sebagai manusia suka membiarkan diri teperdaya oleh pandangan yang dicampuri fantasi sedikit itu. Kita cenderung untuk melihat alam sebagai gambar menurut pandangan kita sendiri.
Namun tak urung juga, kadang-kadang kita ragu, kalau fantasi sudah tidak berjalan: 'Apa i-ya, yang kita lihat pada bunga itu muka orang?'
Apresiasi Seni Rupa
Bagian tubuh binatang yang sebenarnya tidak mirip dengan muka orang, ternyata menyentuh rasa kita juga, sampai kita merasa seolah-olah mengenal air muka muram, murka atau menangis, kalau melihat mereka.
Konrad Lorenz, peneliti tingkah laku binatang dari Australia, menjelaskan fenomena ini sebagai semacam 'apresiasi seni rupa'. Diduga bahwa bakat terpendam kita sendirilah yang mendorong kita untuk mengenali makna dari gambar-gambar itu. Dorongan semacam itu sebenarnya dimaksudkan agar setiap makhluk hidup dapat segera mengenali tanda adanya musuh dari jauh, sedini mungkin.
Juga bagi kita, manusia, dorongan mengenali musuh (atau bahaya) itu sebenarnya berlaku pula. Pelajaran mengenali musuh (atau bukan), sebenarnya dimulai dari mata juga. Apa yang pertama kali dilihat oleh seorang bayi ialah titik-titik saja yang bergerak. Kemudian bayi itu melihat sepasang bintik yang merupakan mata. Mata ibunya, ayahnya, saudara-saudaranya atau pengasuhnya. Akhirnya ia mengenali bentuk muka.
Selama satu setengah tahun, bayi itu belajar sebagai 'seorang asing' lalu mampu membedakan mana mata dan muka yang sudah akrab dengannya dan mana yang masih asing atau berbahaya.
Juga orang yang sudah dewasa, umumnya mengadakan kontak dengan orang lain melalui pandangan mata terlebih dahulu. Dari mata itu ia mengetahui perangai dan suasana yang akan tercipta. Baru kemudian, 'kontak yang lainnya.'
"To find beauty in the world, you have to look closely."
- Kjell B. Sandved -
Semoga bermanfaat ^_^
Artikel Menarik Lainnya:
hasilnya benar-benar keren, hasil seni yang seperti ini yang patut di apresiasi karena benar-benar original :)
BalasHapusBisa gitu yaa
BalasHapuspandangan atau mata bisa menipu juga ya ?
BalasHapusLuar biasa ya sobat, ini hasil seni yang alami
BalasHapusharus seksama ya waktu mengambil gambarnya
BalasHapuskeren bro :)
BalasHapushave a nice day :)
@Yobert: iya sob, sangat original.. :D
BalasHapus@Nunu: hehe, bisa donk mbak :)
@Djangkaru: makanya sob, ada istilah, cinta yg datang dari pandangan mata itu terkadang palsu, cinta sejati datangnya dari hati, hehe
@Boku no Blog: iya sob, ini karya alam
@Lidya: harus lbh dekat mbak :)
@Rian: makasih sob.. pa kabar nih?
wuiiih, kereeeen, ternyata, mereka memanfaatkan raut wajah manusia utk menakuti musuh mereka ya mas?
BalasHapussalut buat Kjell, ampe nyemplung ke rawa2 gitu ya, demi mendapatkan hasil karya seni alam yg menakjubkan, ini merupakan ilmu pengetahuan baru bagi yg belum tau..
BalasHapusKeren gan.. :matabelo
BalasHapusUnik ya.. lukisannya benar-benar alami
BalasHapus@Fitriyana: hehe, ternyata kita itu ditakuti oleh byk binatang ya mbak :)
BalasHapus@Sukma: iya Dok, Kjell bnr2 semangat demi berbagi ilmu pengetahuan utk kita semua
@Fajr Momotaro: makasih..
@Nandar: sangat alami sekali sob
Kalo sih saya sering liat bentuk awan mas..
BalasHapusbentuk nhya bermacam macam , keren juga sih tapi nya hehe
@Munawir: kalo itu sih aku jg sering sob..
BalasHapuskok bisa ya?
BalasHapusini kereeeen banget mas, emang sih mata terkadang menipu ya mas
BalasHapusunik sekali kok bisa seperti itu ya? alam memang memiliki banyak misteri yang mengagumkan
BalasHapus