Advertisement
Baca Juga:
- Cara Membuat dan Membaca QR Code
- Bencana Penggunaan Antibiotik Tak Terkontrol
- Cara Memasang Video SEO Friendly di Blog
Seperti halnya Tuhan menciptakan Langit dan Bumi, menciptakan siang dan malam, miskin dan kaya, laki-laki dan perempuan, setiap pasangan yang berbeda itu memiliki arti tersendiri dimana setiap pasangan harus bisa saling melengkapi satu sama lain, sehingga terciptalah apa itu yang dinamakan “roda kehidupan”. Sebab, roda kehidupan tidak akan berjalan sempurna jika 'mereka' tidak saling melengkapi.
Sebuah cerita mini aku temukan dari blog sahabat, yang mana cerita ini telah sanggup membuka mataku tentang arti sebuah perbedaan yang tercipta untuk saling mengisi.
Yuk, sobat Penghuni 60, kita simak cerita bijak berikut ini:
Kisah 2 Sahabat: Nelayan dan Profesor
Suatu hari bertemulah dua orang sahabat lama di kampung pesisir sebuah pantai. Keduanya itu dulu sahabat dibangku SD dan SMP. Atas perjalanan sang waktu dan kesempatan, maka selepas dari SMP mereka menjalani kehidupan mereka masing-masing, yang satu pergi merantau ke kota untuk meneruskan jenjang pendidikannya hingga menjadi Professor dan satunya tetap tinggal di kampung nelayan menjalani kehidupan menjadi nelayan sejati.
Rentang waktu beberapa puluh tahun maka suatu hari Sang Professor pulang kampung mengunjungi sanak-saudara dan keluarga beserta teman-teman lamanya.
Bertemulah kedua sahabat itu dan kemudian saling melepas kangen. Sebagai bentuk reuni mereka maka teman yang berprofesi sebagai nelayan mengajak temannya yakni Sang Professor untuk naik perahu kecil memancing ikan ke tengah lautan.
Dalam perjalanan ke tengah laut terjadilah dialog yang menarik antara dua kawan lama ini.
“Apa kamu bisa berbahasa inggris?” tanya sang professor kepada si nelayan.
“Wah, terus terang saja saya tidak sempat belajar bahasa Inggris karena saya hanya belajar sampai SMP dan kemudian menjadi nelayan setiap pagi dan sore.” jawab si nelayan dengan ringan dan sedikit malu-malu.
“Rugi sekali kamu tidak bisa bahasa Inggris, dengan bahasa Inggris kamu bisa mempelajari aneka ilmu, berkeliling dunia, merantau dan bisa menjadikan kamu kaya raya. Sebaliknya jika kamu tidak bisa bahasa Inggris berarti kamu sudah kehilangan 50% hidupmu”, saut sang professor dengan nada yang mulai menampakkan keunggulan dan kesombongannya.
Kemudian professor bertanya lagi, “Kalau ilmu matematika kamu bisa tidak?”.
Dengan malu yang makin besar, maka suara lirih sang nelayan menjawab parau, “Apalagi ilmu matematika, kamu tentu tahu sendiri lah dengan bekal aku cuma lulusan SMP pasti tidak tahu banyak tentang Matematika”.
Jawaban si nelayan menjadikan sang professor makin besar kepala dan merasa lebih dari sahabat lamanya itu.
Tiba ditengah laut tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung, dan ombak hujan bercampur angin lebat menerpa perahu kecil kedua sahabat tersebut.
Melihat kondisi ini sang professor menjadi sangat ketakutan dan memegang erat-erat tepian perahu.
“Tenang saja kawan, ombak ini insya Allah tidak akan membinasakan kita. Ini biasa terjadi kalau cuaca seperti ini,” celetuk si nelayan memberikan penerangan kepada sang professor.
“Kita tidak usah takut. Jika ombak menghempaskan perahu ini maka kita tinggal berenang beberapa ratus meter dari sini, maka kita akan sampai ke daratan pantai”, tambah si nelayan.
Mendengar ucapan itu maka makin takutlah sang professor dan mendekap erat si nelayan.
Sang professor kemudian berkata, “Justru karena saya tidak bisa berenang maka saya takut jika perahu ini terbalik dan ombak menghempaskan kita di tengah laut”, berkata dengan penuh ketakutan.
“Wah percuma kamu jika jadi professor tidak bisa berenang, kalau tidak bisa bahasa Inggris dan Matematika tadi kamu katakan akan kehilangan 50% hidupmu, tapi jika saat ini kamu tidak bisa berenang maka kamu akan kehilangan 100% hidupmu”.
Mendengar ucapan sahabat nelayannya itu, maka tersadarlah sang Professor, kalau apa yang diucapkannya itu salah, ia sadar akan kesombongannya itu.
Begitulah, akhirnya kembali lagi kepada dua sisi yang kita sebut di awal.
Jika kita mempunyai sisi kelebihan maka kita tidak boleh mencela dan menghina sisi kekurangan orang lain karena bisa jadi kita banyak kelebihan disisi yang lain tapi banyak juga kekurangan disisi yang lainnya. Jalan yang terbijak adalah...
Bukankah hidup ini indah? Meski adanya perbedaan, tapi jangan jadikan perbedaan itu sebuah alasan untuk tidak saling menghormati, saling memberi, saling mengasihi satu sama lain.
Artikel Menarik Lainnya:
Bijak skali ^^, sampai terharu euy
BalasHapusapa kabar mas? lama tak jumpa
Alhamdulillah kbr baik... iya nih jarang blogwalking, hehe... :D mbak gmn kabarnya?
Hapusbagus ceritanya. dan itu menyadarkan kita bahwa kemampuan kita terhadap pendidikan harus seimbang dengan kemampuan yang lain
BalasHapussegala hal dlm hidup memang hrs seimbang, agar dpt berjalan dgn baik
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusRoda kehidupan dan hidup berdampingan itu sudah diciptakan oleh tuhan sedemikian rupa. Sehingga jika kita termasuk orang yang tidak bisa hidup berdampingan dengan orang lain, kita juga pasti aan susah atau bahkan tidak akan bisa menjalani roda kehidupan ini. Mari kita perbanyak teman, relasi, sahabat untuk menjalani hidup ini bersama-sama.
BalasHapusbetul sekali sob, byk teman itu mengasyikkan dan seru...
Hapus