Advertisement
Ahli Botani dan Taksonomi Universitas Kyushu, Tetsukazu Yahara mengungkapkan, tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman hayati hutan yang ada. Apalagi luas hutan tropis terus berkurang sehingga banyak jenis spesies tumbuhan juga hilang.
Baca Juga:
- Tiga Makanan Pembangkit Gairah Bercinta
- Waspada, Ponsel Dapat Meningkatkan Risiko Depresi
- Jasa Review Produk Murah di Penghuni 60
“Tim kami sudah sepekan terakhir melakukan riset di arboretum APP-Sinar Mas yang luasnya mencapai sekitar 170 hektar. Kami selama delapan jam sehari berjalan kaki ke tengah tegakan pohon yang lebat di arboretum. Kami meneliti tanaman dari yang terkecil hingga pohon yang tingginya lebih dari 20 meter untuk mengambil sampel penelitian,” kata Tetsukazu, Rabu (16/3).
Menurut dia, dari mata orang awam, flora yang terdapat di arboretum tersebut terlihat serupa. Namun, Tetsukazu mengatakan kawasan konservasi tersebut memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi.
“Dalam jarak 100 meter kami melakukan riset di tempat ini, ditemukan sekitar 300 spesies tanaman yang berbeda. Saya juga melihat ada 10 sampai 20 spesies yang kemungkinan adalah spesies baru, namun untuk membuktikannya perlu penelitian lebih lanjut," ujarnya.
Ia mengatakan dalam rangkaian penelitiannya, tim dari Universitas Kyushu telah meneliti hutan hujan tropis di Sabah dan Serawak, Malaysia. Kemudian, mereka juga sudah meneliti ke Provinsi Sumatera Barat dan kini melanjutkannya ke hutan Riau.
“Hutan di Riau ini kurang lebih sama dengan yang ada di Sabah dan Serawak, hanya saja keanekaragaman hayati di sana sedikit lebih banyak," katanya.
Tetsukazu memberikan masukan kepada perusahaan Sinarmas Forestry bahwa potensi keanekaragaman hayati yang dilindungi di kawasan konservasi tersebut harus diperluas. Ia menilai arboretum perusahaan industri kehutanan seluas 170 hektar itu terlalu kecil untuk kepentingan konservasi yang berkelanjutan.
“Luas kawasan konservasi ini perlu ditambah agar peluang keberhasilan untuk menjaga spesies-spesies yang ada semakin besar," tandasnya.
Sementara itu, Chairman Asia Pulp & Paper (APP) Jepang, Tan Ui Sian menyatakan pihaknya sudah beberapa kali bekerja sama dengan kalangan akademisi di Jepang, mulai dari pelestarian lingkungan berupa program penanaman pohon hingga dibidang penelitian. Lokasi arboretum merupakan bagian dari konsesi perusahaan yang dibiarkan alami sebagai tempat berbagai flora dan fauna untuk tujuan penelitian atau pendidikan serta konservasi.
Mari kita lestarikan keanekaragaman hayati ini agar kelak anak cucu kita dapat turut menikmatinya.
(jpnn)
Artikel Menarik Lainnya:
bukan sedikit jika yang ditemukan adalah 20 spesies baru di Siak Hulu Riau itu teh...selama ini kemana mereka itu ya?
BalasHapusselama ini mereka tdk diketahui oleh ilmuwan2 kita sob.. yg tau itu ilmuwan dari Jepang.
HapusSiapa tau di belakang rumah kang Lembu jg byk tuh spesies barunya, coba aja diteliti sama ilmuwan Jepang sob..
kok gak dijabarin?
BalasHapusnanti sob, blm dpt bocoran dr ilmuwan Jepangnya... :D
HapusSetuju banget kak, ane dukung hehe
BalasHapusmakasih...
HapusKenapa justru ilmuwan asing yg nemuin ya? Ilmuwan kita ke mana aja?
BalasHapushahah ya begitulah Indonesia. pemerintah juga tidak mendukung. susah bokkk
HapusWah... Banyak banget...
BalasHapusPara peneliti yang sebelumnya sepertinya kurang teliti nih...
Salam,
hehe, mungkin saja sob
HapusSetuju banget, mari kita lestarikan keanekaragaman hayati ini agar kelak anak cucu kita dapat turut menikmatinya.
BalasHapussetujuuuuu...
Hapus